BEBAN PENDINGINAN



MODUL 4
COOLING LOAD (BEBAN PENDINGINAN)

Langkah awal dalam perancangan sistem pendingin central ini adalah melakukan perhitungan beban pendinginan ruangan yang dikondisikan. Langkah-langkah perhitungan dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut  :
(Arismunandar, Wiranto dan H Saito . 1995 . Penyegaran Udara . Jakarta : PT Pradnya Paramita)



Gambar 1.  Perhitungan Beban Pendinginan


1.    Kondisi Dasar

1.1              Luas Lantai

Luas lantai adalah jarak panjang dikalikan lebar ruangan seperti pada gambar dimana jarak  antara garis- garis teras tembok digunakan dalam perhitungan ini.


Gambar 2 Ukuran Lantai

1.2              Volume ruangan

Volume ruangan adalah luas lantai dikali jarak antara titik tengah lantai dan titik tengah langit-langit.

        

Gambar 3  Tinggi Bangunan

1.3.  Nama bulan perancangan.

Dalam hal ini harus diberikan bulan terpanas seperti yang terlihat pada lampiran tabel 2 tentang data cuaca dibeberapa negara asia.









2.    Kondisi udara dalam ruang


Temperatur
Perubahan
Temperatur
Kelembaban
Perbandingan kelembaban
bola kering
temperatur
bola basah
relatif
rata-rata sepanjang hari

harian



( o C )
( o C )
( o C )
( % )
( kg/ kg' )
Di dalam





Ruangan






Data Tdb, kelembaban rata-rata sepanjang hari, dan perbandingan kelembaban rata-rata sepanjang hari di dalam ruangan untuk rancangan (tabel 2. temperatur ruang, kelembaban, dan perbandingan pada lampiran).

2.1. Kondisi udara diluar ruang


Temperatur
Perubahan
Temperatur
Kelembaban
Perbandingan kelembaban
bola kering
temperatur
bola basah
relatif
rata-rata sepanjang hari

harian



( o C )
( o C )
( o C )
( % )
( kg/ kg' )
Di luar





Ruangan






Data Tdb, perubahan temperatur harian dan perbandingan kelembaban rata-rata sepanjang hari di luar ruangan untuk rancangan ( tabel 2. tentang data cuaca dibeberapa negara asia ).






2.2.  Temperatur udara luar sesaat .


Waktu
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Temperatur










 luar ( 0C)











Temperatur udara pada suatu saat tertentu dapat diperkirakan dengan formula :

………………( 1 )

dimana :
to                                 =  temperatur udara luar sesaat, (oC)
to rancangan               =  temperatur udara luar untuk perancangan, (oC)
Δt                                 =  perubahan temperatur harian, (oC)
15                                =  perubahan waktu sudut (  )
τ                                   =  waktu penyinaran matahari
γ                                  =  saat terjadinya temperatur maksimum ( + 2 )
Untuk τ (waktu penyinaran matahari ), pukul 12.00 siang adalah 0, pagi hari (A.M) adalah negatif (-)  dan siang hari (P.M) adalah positif, dengan besarnya dinyatakan sampai satu angka desimal, misalnya pukul setengah sepuluh pagi dinyatakan dengan -2.5.
                                        
2.3.  Radiasi panas matahari sesaat untuk perancangan.


Waktu
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Radiasi










matahari










( Kcal/ m2h )











Radiasi matahari dapat dibagi dalam golongan radiasi langsung dan radiasi tidak langsung. Permeabilitas atmosferik adalah komplimen dari faktor reduksi yang  memperhitungkan adanya panas radiasi matahari yang diserap oleh lapisan udara atmosfir diatas permukaan bumi, hal ini dapat digambarkan seperti dibawah ini.

Gambar 4  Radiasi matahari

Jumlah kedua jenis radiasi tersebut dinamakan “radiasi matahari total”. Sesuai dengan kedudukan permukaan bidang terhadap arah datangnya radiasi, maka radiasi matahari langsung adalah :

                           Jn     = 1164 P cosec h (kcal/ m2jam) ……………….………( 3 )                

                           Jh = 1164 P cosec h sin h (kcal/ m2jam) …………………( 4 )                   

                           Jv  = 1164 P cosec h cos h (kcal/ m2jam) ………..………( 5 )       

      = 1164 P cosec h cos h  cos β (kcal/ m2jam) …….………..( 6 )


Dimana :
Jn        =    radiasi matahari langsung pada bidang tegak lurus arah datangnya
                 radiasi
Jh        =   radiasi matahari langsung pada bidang horizontal
Jv        =   radiasi matahari langsung pada bidang vertikal
        =    radiasi matahari langsung pada bidang vertikal, tetapi pada posisi         membuat sudut samping β dari arah datangnya radiasi
1164    =    konstata panas matahari (kcal/ m2jam)
P          =    permeabilitas atmosfirik ( 0,6 - 0,75 pada hari yang cerah )
h          =    ketinggian matahari (dinyatakan dalam derajat dengan sistem  desimal)

Rumus Jn, Jh, dan Jv dapat dihitung dengan menggunakan gambar 1.1 pada lampiran. Sebagai contoh besar radiasi matahari rancangan dapat dilihat pada tabel 2.3 yang diperoleh dari rumus yang telah dijelaskan diatas. Apabila lingkungan gedung banyak memberikan refleksi atau tertutup oleh sesuatu maka besarnya radiasi tak langsung pada bidang vertikal dapat dianggap ½ dari radiasi matahari tak langsung pada bidang horizontal.
Sedangkan untuk ketinggian matahari (h) dan azimuth (A) dapat  digambarkan sebagai berikut.

Gambar 5  Ketinggian Matahari dan Azimuth

dan dapat diperoleh dari gambar diagram 1.3 tentang sudut matahari atau dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Sin h = sin ψ sin δ + cos ψ cos δ cos 15 τ………………………( 7 )

………………………( 8 )


dimana  :
A          = azimut matahari ( tepat sebelah selatan adalah 0, kearah barat positif dan  kearah timur adalah negatif )
h          = ketinggian matahari
ψ         = kedudukan garis lintang ( Lintang utara adalah positif dan lintang selatan adalah negatif )
δ          = deklinasi matahari ( lihat diagram 1.4 )
τ           = saat penyinaran matahari ( pukul 12 siang adalah 0, siang hari adalah positif dan pagi hari adalah negatif )
               nilai τ dapat di tulis sbb.


Pukul
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
τ
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6

2.4.  Beban Kalor Sensibel Daerah Parimeter (tepi)

2.5.Tambahan kalor oleh transmisi radiasi matahari melalui jendela


Dapat dirumuskan :

Luas  jendela (m2) x jml radiasi matahari (kcal/ m2jam)  x faktor transmisi jendela x faktor bayangan…………………………………………..……(9)                                            

Jumlah radiasi matahari melalui jendela adalah adalah sama dengan jumlah radiasi matahari total yang diperoleh dalam  perhitungan 7
Faktor transmisi radiasi matahari melalui “window pane” dapat dicari dengan mempergunakan tabel faktor transmisi jendela pada lampiran.
Faktor bayangan (shading faktor ) dari jendela, apabila sebuah jendela dibayangi oleh suatu gedung sebelah atau tepi atapnya sendiri, maka tidak semua panas matahari masuk ke dalam ruangan, jadi jumlah radiasi matahari yang masuk ke dalam menjadi lebih kecil. Sebaliknya apabila jendela ruangan berhadapan dengan benda lain yang memantulkan cahaya (misalnya kaca jendela dari gedung sebelah atau lantai serambi rumah ), maka dipandang perlu menambahkan sebanyak 10% sampai 30% dari radiasi matahari langsung dalam perhitungan beban kalor pada siang hari yang panas.



2.6.  Beban transmisi kalor melalui jendela

Dapat dirumuskan :
Luas jendela (m2) x koefisien transmisi kalor melalui jendela, K (kcal/ m2jam oC)  x Δt ruangan (oC) …………………………………………..…………(10)

Untuk nilai K dapat dilihat pada tabel 2.5 tentang koefisien transmisi dari jendela.


2.7.  Infiltrasi beban kalor sensibel

Dapat dirumuskan :

{(Volume ruangan (m3) x jumlah penggantian ventilasi alamiah, Nn) + jml udara luar} x x  Δt ruangan(oC) …………..………..……( 11 )                                                                            

Jumlah penggantian udara dalam ventilasi alamiah dapat ditentukan dengan tabel jumlah penggantian (pada lampiran).
0,24 (kcal/kg oC) adalah kalor spesifik dari 1 kg udara, maka jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur 1 m3 udara ruangan sebesar 1 oC dapat diperoleh dengan membagi 0,24 dengan volume spesifik (m3/kg’)udara luar tersebut.

2.8. Beban transmisi kalor melalui dinding dan atap

Dapat dirumuskan :
Q = A x K x ETD………………………(12 )
Dimana :
A                         =  Luas dinding / atap (m2 )
K                         =  Koefisien transmisi kalor dari dinding/ atap (kcal/ m2 jamoC)
ETD                    =  Equivalent Temperature Difference (oC)

Koefisien perpindahan kalor dari dinding dan atap (K), dapat ditunjukkan dengan tabel 2.7 pada lampiran tentang koefisien transmisi kalor dan kapasitas kalor dari dinding, sedangkan koefisien perpindahan kalor dari atap dapat dilihat pada tabel 2.8  tentang koefisien transmisi kalor dan kapasitas kalor atap, sedangkan harga ETD dapt dilihat pada tabel 2.11.
Apabila apabila tahanan perpindahan kalor R dari lapisan tidak diperoleh pada tabel, maka R dapat diperoleh dengan :

 (kcal/ m2jam. oC) ………………………(13 )

  =  Rsi  +  R1. tebalr1 + … + Rn.tebaln + Rso……………( 14 )

Dimana :

              =  tahanan total, m2 jam oC /kcal
               Rsi             =  tahanan perpindahan kalor dari lapisan permukaan dalam  dinding ( tabel 2.9 hambatan kalor permukaan Rs )
               Rso            =  tahanan perpindahan kalor dari lapisan permukaan luar dinding ( tabel 2.9 hambatan kalor permukaan Rs)
R1..Rn       =  tahanan perpindahan kalor dari setiap lapisan dinding (tabel 2.10 tahanan kalor dan  kapasitas kalor dari bahan    bangunan )

2.9.  Beban kalor tersimpan dari ruangan

Perhitungan beban ini untuk keadaan dimana penyegar udara dimulai 2 atau 3 jam sebelum waktu beban kalor maksimum.
Dapat dirumuskan :

Perhitungan ( 2.6.2.1 + 2.6.2.2 + 2.6.2.3 + 2.6.2.4 ) x faktor beban kalor tersimpan……………………………………………………………………(15 )                                                                                                  

Faktor beban kalor tersimpan. Dalam perhitungan beban kalor dari suatu ruangan yang didinginkan, tetapi sebelumnya mengalami pemanasan oleh matahari, beban kalor sensibel dari ruangan bagian tepi gedung haruslah ditambah dengan 10% - 20%.

2.10.      Beban Kalor Laten Daerah Parimeter (tepi)

Beban kalor laten oleh infiltrasi dapat dirumuskan :

Vol ruang (m3) x jml ventilasi alamiah,Nn x  x Δw (kg/kg’) …………………………..…………………………………………(16 )                                                        

Jumlah ventilasi alamiah dapat dilihat pada tabel 2.17
597,3 kcal/kg  merupakan kalor laten penguapan
Selisih kelembaban di dalam dan di luar ruangan dapat dilihat pada perhitungan 2.6.1.4 dan 2.6.1.5

2.11. Beban Kalor Sensibel Daerah Interior

2.11.1.    Beban kalor  dari partisi, langit-langit dan lantai


2.11.2.  Beban kalor kalor dari partisi

Dapat dirumuskan :

Luas kompartemen (m2) x koefisien transmisi kalor dari kompartemen, K (kcal/ m2jam. oC) x selisih temperatur dalam dan luar ruangan,( oC) …….……(17)             

2.11.3.  Beban kalor dari Langit-langit

Dapat dirumuskan :

Luas langit-langit (m2) x koefisien transmisi kalor dari langit-langit, K (kcal/ m2jam. oC) x selisih temperatur dalam dan luar ruangan,( oC) …….……(18 )             


2.11.4.  Beban kalor dari lantai

Dapat dirumuskan :

Luas lantai (m2) x koefisien transmisi kalor dari lantai, K (kcal/ m2jam. oC) x selisih temperatur dalam dan luar ruangan,( oC) …………………………(19 )                                      

Koefisien perpindahan kalor ( K ) dari partisi, langit-langit dan lantai dapat dihitung dengan persamaan seperti pada perhitungan R dinding dan atap.
Untuk perhitungan ini hendaknya Rso tidak digunakan 0,05 seperti pada tabel 2.9, melainkan 0,125 , yaitu tahanan permukaan dalam ruangan. Pada umumnya beban kalor dari lantai tanah diabaikan dalam perhitungan beban kalor. Apabila dua ruangan berdampingan memperoleh penyegaran udara, beda temperatur antara ruang tsb dapat dianggap 0.

2.11.5.  Beban kalor sensibel karena adanya sumber kalor interior

2.11.5.1.                  Beban orang

Dapat dirumuskan :

Jml orang x kalor sensibel manusia (kcal/ jam.orang ) x faktor kelompok……………………………………………………………………( 2.24 )  

Jika tidak diketahui jumlah orang dalam ruangan gunakan tabel 2.12. sedangkan kalor sensibel dari orang dapat dilihat pada tabel 2.13 pada lampiran mengenai jumlah kalor sensibel, kalor laten dari orang dan faktor kelompok untuk laki-laki dewasa. Untuk faktor kelompok wanita haruslah dipakai faktor kelompok laki-laki dewasa dikali 0,82, sedang untuk anak - anak  dikali 0,75

2.12.Beban peralatan

Dapat dirumuskan :

Peralatan,Kw x kalor sensibel peralatan, kcal / Kw x faktor penggunaan peralatan……………………………………………………………………( 20 ) 

Besarnya kalor kalor sensibel dari peralatan listrik dapat dilihat pada lampiran tabel 2.14.





2.13. Beban Kalor Laten Daerah Interior

2.13.1.  Beban kalor laten orang

Dapat dirumuskan :

Jml orang x kalor laten manusia (kcal/ jam.orang ) x faktor kelompok…( 21 )

Kalor laten dari orang dapat dilihat pada tabel 2.13 untuk laki-laki dewasa. Untuk faktor kelompok wanita haruslah dipakai faktor kelompok laki-laki dewasa dikali 0,82, sedang untuk anak-anak  dikali 0,75

2.13.2.  Beban kalor laten lain

Beban kalor lain dapat dilihat pada tabel 2.16 yang menunjukkan sumber kalor lain yang terjadi pada saat memasak, membuat kopi, dan sebagainya dan tabel 2.15 menunjukkan banyaknya uap air yang terjadi pada saat pembakaran gas.

2.14.  Beban Kalor Sensibel Mesin
2.14.1.   Beban kalor sensibel udara oleh udara luar masuk

Dapat dirumuskan :

Jml udara (m2/jam) : volume spesifik udara luar (m3/kg’) x 0,24 kcal/kg’ oC x selisih temperatur dalam dan luar ( oC) …………………………………..( 22 )                                                              

Jumlah pemasukan udara luar yang diperlukan tergantung pada jenis kegiatan yang ada, dan ini ditunjukkan oleh tabel 2.17 mengenai udara luar masuk ruangan penyegaran. Volume spesifik udara luar adalah 0,24 yang merupakan kalor spesifik dari 1 kg udara kering

2.14.2.   Tambahan kalor sensibel udara oleh motor kipas udara

Dapat dirumuskan :

Daya kipas (Kw) x 0,860 kcal/Kw x efisiensi kipas………………………( 23 )

Efisiensi kipas dari penyegar udara biasanya adalah 0,8

2.15.         Beban kalor sensibel ruangan total

Dapat dirumuskan :

Total Perhitungan 2.6.2  +  total perhitungan 2.6.4………………………( 24 )

Merupakan jumlah dari total kalor sensible daerah parimeter dan total kalor sensibel daerah interior
Perhitungan beban ini digunakan untuk mencari beban kalor mesin penyegar

2.16.         Kenaikan beban oleh kebocoran saluran udara

Dapat dirumuskan :

Perhitungan ( 2.6.6.1 + 2.6.6.2 + 2.6.6.3 )  x  faktor kebocoran saluran udara…………………………………………………………………..……( 25 )

Faktor kebocoran saluran udara pada saluran lingkaran dapat dianggap 0, sedangkan faktor kebocoran  saluran udara untuk saluran segi empat kira-kira 0,1 dan 0,2

2.17.         Beban Kalor Laten Mesin

2.17.1.     Beban kalor laten oleh udara luar masuk

Dapat dirumuskan :

Jml udara luar masuk (m3/jam) x  x Δw (kg/kg’) ……….(26 )              

Jumlah pemasukan udara luar dapat dilihat pada tabel 2.17
Selisih faktor pencampuran uap (∆w) dapat dilihat pada perhitungan 2.6.1.4 dan 2.6.1.5

2.18.          Beban kalor laten ruangan total

Dapat dirumuskan :

Total perhitungan 2.6.3 + perhitungan  2.6.5……….……………………( 27 )

Merupakan jumlah dari total kalor laten daerah parimeter dan total kalor laten daerah interior

2.19.       Kenaikan beban oleh kebocoran saluran udara

Dapat dirumuskan :

Total perhitungan ( 2.6.7.1 + 2.6.7.2 )  x  faktor kebocoran saluran udara……………………………………………………………………..( 28 )

Faktor kebocoran  saluran udara untuk saluran segi empat kira-kira 0,1 dan 0,2





Comments

Popular posts from this blog

ELEMEN MESIN (Sambungan Mur Dan Baut)

LAPORAN MAGANG KERJA INDUSTRI DI CV. CIHANJUANG INTI TEKNIK CIMAHI JAWA BARAT

"SUNSET" PANTAI YANG MASIH ALAMI